Mengapa Ada Pasangan yang Melakukan Cyberstalking?

Hi pembaca yang setia! Apa kabar semua? Semoga baik-baik dan sehat-sehat saja ya.

Di postingan kali ini, saya ingin membahas sebuah perilaku tidak terpuji dan bahkan ilegal yang sering dilakukan oleh orang dengan niat jahat, dan nggak jarang orang kesayangan di sekitar kita. Saya pernah melihat orang dekat melakukannya, orang mengaku di sosial media melakukannya, dan bahkan ada yang sampai masuk berita.

Namun, kita jangan fokus pada kasus dan identitas mereka, namun fokus pada perilakunya. Buat kalian yang follow IG saya di @dessyilssanty, mungkin bisa menebak apa yang ingin saya bahas. Yak, kali ini saya akan membahas perilaku Cyberstalking!

Apa itu cyberstalking?

Cyberstalking, atau secara harafiah dalam Bahasa Indonesia, berarti penguntitan siber. Artinya secara garis besar merupakan perilaku monitoring aktivitas online secara tampak maupun tidak yang dilakukan karena motif tertentu, yang umumnya negatif.

Berbeda dengan mengecek profil seseorang atau berinteraksi dengan konten yang agak lama ya. Stalking tidak melulu identik dengan melihat konten lama orang. Stalking juga bisa berbentuk pengawasan dan pengumpulan informasi privasi untuk mencelakai atau bertindak buruk pada seseorang.

Nah, apa bahayanya? Seringkali stalking yang sebenarnya melibatkan usaha ekstra untuk mendapatkan informasi tersebut. Biasanya hacking, menjajah privasi, menipu, dan cara-cara yang dapat merugikan orang lain. Akibatnya, privasi tidak terjaga, kita bisa dituduh oleh informasi sepihak, dan secara keseluruhan dibuat tidak nyaman, takut, dan bahkan terancam.

Mengapa orang melakukan cyberstalking

Banyak pastinya pihak yang melakukan cyberstalking. Tapi yang menjadi pokok bahasan artikel ini adalah orang yang terdekat kita, yaitu pasangan atau teman. Di Indonesia belum ada datanya, tapi lebih dari 1 juta perempuan di AS merupakan korban cyberstalking loh!

Fenomena ini berkaitan dengan pesatnya perkembangan teknologi.Jadi, bisa diperkirakan bahwa di Indonesia juga tidak jarang terjadi. Buktinya, di media sudah ada beberapa kasus yang melibatkan ini.

Khususnya untuk pasangan, alasan melakukan cyberstalking bisa dipicu rasa tidak percaya dan insecure dengan pasangan sendiri. Alasannya bisa multifaktor, bila dijelaskan bisa panjang lebar, menyangkut ke kepribadian dan lingkungan sosialnya.

Tapi, yang namanya stalking terhadap pasangan, pasti alasannya nggak jauh-jauh dari rasa tidak percaya. Butuh energi dan pengulangan sebuah pikiran negatif agar orang bisa melakukan hal ekstra untuk mendapatkan informasi secara diam-diam dan berpura-pura untuk menutupinya.

Bila secure dan jujur, kita bisa langsung tanyakan atau melakukan konfrontasi. Ciri-cirinya?

Bukan memberikan tips pada stalker ya ini, tapi biasanya cyberstalking melibatkan pemantauan lokasi dan interaksi sosial. Biasa yang dicek itu, apakah ada konten yang disembunyikan, apakah lokasi sesuai yang dikabarkan, dan apakah ada likes atau comment atau bahkan DM dengan orang-orang tertentu.

Nah, nggak jarang orang yang stalking punya larangan terhadap hal hal seperti itu untuk pacarnya, terutama hal hal yang privat. Rasa insecure dan ketidakmampuan untuk menangani ambiguitas mendorong rasa penasaran.

Tapi, seringkali akibatnya adalah salah paham dan berasumsi. Nggak jarang tuduhan, rasa kecewa, dan amarah sepihak pun muncul. Rasa kepercayaan pun sudah tidak ada, karena informasi diperoleh secara diam-diam sehingga tidak bisa didiskusikan.

Bagaimana cara melindungi diri dari cyberstalking?

Tapi, nggak menutup kemungkinan kalau dalam hubungan itu ada rasa tidak percaya dan konflik yang bisa memicu perilaku tidak terpuji ini. Sehingga sebagai pasangan kita perlu melindungi diri kita agar terhindar dari dorongan untuk melakukan cyberstalking. Caranya?

Komunikasi adalah kuncinya. Bila ada kecurigaan, perasaan tidak tenang, komunikasikan kepada pasangan. Cyberstalking justru beresiko akan memperparah emosi dan hubungan yang ada. Tanyakan ketidakpahaman, ceritakan ketidaknyamanan secara serius. Fokus diskusi empat mata dengan logis hingga isu selesai atau setidaknya memiliki jalan keluar. Bila tidak bisa, maka konseling juga bisa dilakukan.

Begitu juga kita yang tidak ingin terjajah privasinya, perlu menekankan pada komunikasi yang jelas. Buatlah batasan privasi seawal mungkin dengan pasangan. Apa saja yang merupakan hal privat bagimu, tekankan pada hal itu. Pasangan bukan orang yang harus tahu semuanya bila kamu tidak nyaman. Asalkan berani berkomitmen untuk jujur, setia, dan komunikatif, kita tidak perlu merasa takut ketahuan apapun kok. Buat pasanganmu memahaminya, dan komunikasikanlah sudut pandangmu agar ia tidak perlu merasa insecure atau tidak percaya. Bagaimanapun juga insecure dan rasa tidak percaya merupakan dua pembunuh hubungan yang hebat!

______________________________________________________________________________

Cyberstalking merupakan salah satu ciri hubungan romantis yang tidak sehat. Bila pasangan ketahuan melakukannya, coba diskusikan secara perlahan tentang masalah yang ada. Pastikan hal itu tidak terjadi lagi. Privasi, bagaimanapun juga merupakan hak mendasar manusia. Tidak ada siapapun, bahkan pasangan yang berhak membuat kamu merasa bersalah atasnya.

Share the article

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *